Ilustrasi Guest room (sumber:pixabay.com) |
- Metode Rule of Thumb
Metode ini merupakan metode
klasik dan sederhana. Metode ini mengacu kepada berapa jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk membangun sebuah kamar dan komponen fasilitasnya
Menurut Formula ini,
rata-rata harga kamar harus sebanding deng Rp.1 per Rp.1000 (1/1000) biaya
membangun semua kamar (construction cost) Kekurangan metode ini adalah hanya mempertimbangkan biaya pembangunan awal (construction cost) dan mengabaikan nilai
biaya saat ini juga target okupansi minimal harus di ambang70%.
2. Metode Hubbart Formula
MMetode ini diformulasikan oleh Mr Roy Hubbart, yang direkomendasikan oleh American Hotel & Lodging Association(AHLA) sekitar tahun 1940. Metode ini termasuk metode yang cukup detil yang dapat mewakili berbagai kepentingan management(owner) dan pihak ketiga ,jika hotel membutuhkan pendanaan luar.
Ada 3 tahapan dalam Hubbart
Formula yaitu
- Tahap Penentuan
ROI (Return On Investment (berguna untuk owner.investor
- Tahap Penentuan
ADR (Average Daily Rate )atau Harga Rata-rata Harian, untuk menentukan
nilai kelayakan harga yang dapat menutup biaya operasional dan kewajiban
owner (obligasi
- Tahap Square Foot Calculation formula untuk menghitung rata-rata biaya per meter persegi,yang dapat menutup biaya dan ROI (Room Rate Based On Room Size)
Kekurangan metode ini adalah hanya melihat dari sisi internal hotel,bukan dari sisi kondisi market (kebutuhan konsumen juga menghitung harga kamar rata-rata (Average Room Rate),bukan untuk harga spesifik kamar.
3. 3.Square Foot Calculation Formula
Adalah perhitungan harga kamar berdasarkan ukuran kamar. Metode ini adalah pengembangan dari Hubbart Formula Tahap 3. Di mana tahapan penentuan/rumus seperti pada Hubbart Formula,akan tetapi komponen dasar yang digunakan adalah luasan kamar,bukan jumlah kamar.Dari metode ini dapat diambil pemahaman dasar,jika harga kamar standard,superior,deluxe dan suite memiliki perbedaan harga.
4.Metode Room Cost Ratio
Formula lain dalam
menetapkan harga kamar hotel adalah dengan metode Room Cost Ratio. Yang merupakan komponen dasar adalah seberapa
besar biaya Guest Supply dan Amenities yang
dibebankan dalam kebutuhan suatu kamar sebagai fasilitas dan keuntungan yang berhak
dinikmati oleh tamu contoh sabun,samphoo,dental kit,slipper,towel(laundry
costnya),air mineral,gula,teh,kopi dan biaya lainnya. Secara sederhana ratio
room cost standar mewakili kisaran 8-10% ,artinya nilai prosentase tersebut
haruslah dapat mewakili 8sampai dengan 10% dari total harga kamar yang dijual.
5. Market Tolerance Method
Metode terakhir ini disebut juga’modern pricing strategis’,merupakan
metode yang lebih obyektif menggambarkan keadaan pasar termasuk kompetisi ,penawaran
dan permintaan. Dalam era bisnis yang semakin berkembang dinamis dan
tuntutan konsumen yang semakin kritis,maka manajemen hotel dapat
menempatkan posisinya pada unsur’needs and wants” pelanggan. Unsur
kebutuhan dan keinginan konsumen dalam menentukan kebutuhan akomodasi
seringkali dipengaruhi oleh faktor eksternal yang kini semakin berkembang.
Beberapa perilaku penetapan harga kamar menurut metode ini adalah Harga yang kompetitif,Mengikuti Market Leader,Menetapkan Harga Premium, Harga Setelah Diskon
Beberapa hotel memberikan harga diskon di bawah harga pesaing tanpa mempertimbangkan biaya operasional.
Harga diskon diberikan biasanya pada kondisi tertentu,misalnya:
- Low season (kondisi market sepi/musim sepi)
- Ketersediaan Kamar masih banyak pada jam-jam krusial
- Sebagai program promosi (subsisdi dengan biaya marketing) event misalnya : Early
- Bird,Lebaran,Tahun Baru (book H-60 diskon sekian %) dan moment spesial lainnya
- Pada loyal customer/repeat guest sebagai bagian dari Customer Relationship Management
- Kompensasai dari complaint jika ada kejadian yang menyebabkan kekecewaan tamu akibat pelayanan
- yang buruk dan tidak sesuai harapan atau yang dijanjikan.Namun perlu diperhatikan bahwa pemberian
- diskon secara berlebihan pada kondisi dan periode normal pada suatu klaster wisata akan
- mempengaruhi bahkan merusak harga pasar, dan selanjutnya ini akan selalu menjadi pembanding bagi
- para tamu sebagai acuan pengambilan keputusan memilih hotel atau jasa akomodasi. Akibatnya akan
- Ada ketimpangan yang menyebabkan persaingan tidak sehat.