Tampak atas Situ Bagendit kini (photo :dok) |
Branding bukan sekedar nama,label,logo,trade merk atau tagline . Branding adalah konsekwensi logis yang harus melekat pada suatu produk atau jasa. . Branding adalah persepsi yang ada dalam benak pelanggan ketika mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Dengan kata lain brand adalah"belief system" artinya brand yang sudah memiliki stong belief system bakal menawarkan sesuatu yang lebih mnarik dan powerful lebih dari sekedar kumpulan produk ata service saja.
Melabeli Situ Bagendit sebagai obyek destinasi bertaraf internasional,kelak memiliki konsekwensi logis bagi industri wisata di Garut. Itu artinya semua aspek dasar pembangunan pariwisata harus benar-benar merepresentasikan tagline tersebut.
Bagaimana kesiapan para pemangku kebijakan yang berperan dalam pengelolaan obyek wisata ini yang lebih penting. Destinasi wisata bukanlah soal keindahan dan kekuataan visualisasi yang diterima penikmatnya secara subyektif.
Mengelola suatu destinasi wisata juga bukan sekedar bicara siapa operator yang akan mengelola akan tetapi bagaimana tanggung jawab itu bagi masyarakat pelaku wisata dan para wisatawan yang berkunjung ke sebuah destinasi wisata.
Kembali kepada aspek dasar pariwisata 3A, bagaimana penyediaan 3 hal ini mampu mewakili perubahan-perubahn yang terjadi dalam pembangunan destinasi dan bagaimkan impactnya terhadap kebutuhan,pengalaman dan tujuan wisatawan?
1.Aspek Aksesibilitas
Sejauh mana kesiapan infrastruktur,sarana dan prasarana menuju destinasi itu dapat membuat nyaman dan aman bagi wisatawan,sehingga memangkas waktu tempuh dan keselamatan selama perjalanan menuju ke sana. Selain itu apa fasilitas yang akan diperoleh dengan mudah oleh wisatawan,sebagai saran penunjang seperti contoh sarana stasiun pengisian bahan bakar,area parkir dan lainnya.
2. Aspek Amenitas
Ketika mendeklarasikan sebagai obyek destinasi bertaraf internasional,artinya kesiapan sarana usaha akomodasi seperti hotel,villa,homestay atau guest house harus memenuhi aspek standarisasi internasional baik standar laik fungsi bangunan,hygine dan sanitasi dan yang terpenting kualitas sumber daya manusia pariwisata yang akan terjun dalam industri tersebut.Aspek kompetensi tenaga kerja terutama dari segi pelayanan adalah hal yang harus diperhatikan dalam aspek pembangunan pariwisata di manapun.
3. Atraksi
Setelah berkunjung ke destinasi,apa yang akan di sajikan oleh penyelenggaran wisata di sana? Atraksi bukan sekedar tontonan seni dan budaya saja, namun lebih dari itu atraksi adalah bagaiman peran dan sinergitas masyarakat sekitar destinasi wisata dapat memberikan suatu suguhan pelayanan wisata yang menarik,ramah, dan berkesan bagi wisatawan.
Di era marketing 4.0 menuju 5.0 ini, konsumen tidak hanya mengkonsumsi kepuasan saja akan tetapi juga pengalaman. Peran komunitas wisata,asosiasi pariwisata ,kompepar,dan pokdarwis harus lebih berdaya guna mendorong terciptanya pola-pola atraksi wisata yang berkelas.
Upaya menghidupkan kembali Sapta Pesona adalah momentum yang tepat bersamaan dengan peluncuran suatu destinasi wisata. Pada akhirnya wisatawan tidak hanya mendatkan kepuasan saja akan tetapi memiliki pengalaman selama berwisata.
Industri wisata memiliki multiflier effect kuat yang dapat mendorong terciptanya sumber lapangan kerja dan perekenomian masyarakat sekitar. Hal ini,jika dikelola dengan baik sesuai prinsip-prinsip bisnis hospitality.
Konsep pariwisata berbasis pentahelix yang melibatkan Academy ,Businessman, Community,Government dan Media harus benar-benar sinergitas menuju tujuan yang sama. Saatnya bangkit sinergi dan berkolaborasi menciptkan daerah wisata yang benar-benar berkelas(*)