Inilah yang Terjadi Saat Pekerja Event Mengabaikan Manajemen Risiko Pariwisata:Belajar dari Kasus Rusaknya Lahan Edelweiss di Ranca Upas

klikdestinasi.com
0
      
rusa di Rancau pas
Dua ekor Rusa di Rancaupas,Bandung
(sumber:pinterest.com)

KLIKDESTINASI.COM-Berita tentang rusaknya ekosistem bunga bakung rawa (Eriocaulon decangulare) yang tergolong langka di Ranca Upas akibat ulah peserta kegiatan petualangan trail dan penyelenggara yang tidak profesional beberapa  hari yang lalu, sontak mengegerkan jagat maya.

Kejadian ini menjadi   viral setelah tampak video seorang lelaki petani bunga bernama Mang Uprit sangat murka akibat lahan bunga bakung rawa yang konon sering disebut edelweis rawa habis tergilas ban-ban motor trail di area tersebut.

Betapa tidak,area yang seharusnya dijaga keasrian dengan segala ekosistem di dalamnya rusak karena kesenangan  yang tidak didasari dengan pemahaman pentingnya kelestarian alam. Begitu juga dalam hal ini penyelenggara  acara (event organizer) yang tidak cukup pemahaman mengenai management event dan risiko suatu kegiatan.

Telah menjadi maklum bahwa berbagai kegiatan wisata dan usaha pariwisata dan kreatif akan senantiasa bersinggungan dengan lingkungan sekitar. Hal ini jelas,karena berbagai obyek destinasi tujuan wisata paling banyak karena faktor alam (nature). Alam dengan segala keindahannya telah menjadi magnet wisatawan sejak dulu sehingga menjadi pilar hidupnya industri pariwisata dan ekonomi kreatif.

Dua tahun sudah masyarakat terkungkung oleh aturan PPKM akibat Pandemi Covid-19 sehingga himbauan pemerintah tentang dibukanya aturan PPKM tersebut bagai aliran air yang selama ini ditutup.

Animo masyarakat berwisata,healing menjadi indikator mulai bangkitnya pariwisata Indonesia.Industri kreatf,event, perhelatan musik kembali menjamur. Para penyelenggaran kegiatan kembali kecipratan rejeki atas permintaan mengorganisasi kegiatan yang signfikan.Hal ini tentu sangat baik bagi iklim ekonomi terutama industri wisata dan kreatif.

Pada kesempatan terpisah  menurut Ivi Daspi A.Md Par.SE.MM  praktisi industri pariwisata sekaligus pengajar pada salah satu Skolah Tinggi Pariwisata di Bandung menyatakan bahwa  kasus Ranca Upas menjadi pembelajaran   agar tidak terjadi lagi hal demikian. Beliau menyarankan  saatnya  penyelenggaran kegiatan event yang bersinggungan dengan alam mulai dibekali dengan pemahaman aspek management risiko.


Menurutnya ada tiga aspek yang harus dipahami dalam pengelolaan risiko kegiatan wisata dan kreatif. Pertama mitigasi risiko (risk mitigation) yaitu suatu tindakan menurunkan tingkat risiko utama, Kedua adalah risk management plan,yaitu merencanakan pola menajemen risiko yang tepat sesuai kegiatan atau usaha yang diselenggaran dan Ketiga adalah Waste management ,suatu konsep.pengelolaan faktor residual pasca penyelanggaraan event.Hal yang paling sederhana adalah pengelolaan sampah dan barang-barang sisa kegiatan.Hal ini  seringkali nyaris luput  dari perencanaan-perencaanan program.

Selanjutnya,menurut Ivi,hubungan mitigasi risiko dan tanggungjawab para pegiat wisata alam berbasis overland ,seperti offroad dan trail terhadap keseimbangan lingkungan tidak dapat dipisahkan. 

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan antara lain mencemari lingkungan, mengganggu habitat satwa, atau merusak vegetasi. Setiap petualang harus mengedepankan prinsip-prinsip ekowisata dan menjadi teladan dalam menjaga kelestarian alam


Selanjutnya menurut Ivi, ada tiga langkah yang harus diperhatikan oleh para penyelenggara untuk kegiatan semacam ini.

Identifikasi Risiko

Langkah pertama adalah mengidentifikasi potensi risiko yang mungkin terjadi selama kegiatan petualangan overland, seperti kecelakaan, cedera, kerusakan kendaraan, atau dampak terhadap lingkungan. Pemahaman yang komprehensif terhadap risiko-risiko ini memungkinkan tur operator untuk merancang strategi mitigasi yang efektif.

Persiapan yang Matang

Tur operator harus memastikan persiapan yang matang, mulai dari pemeriksaan kendaraan, perlengkapan keselamatan, hingga pelatihan bagi para pemandu. Hal ini akan meningkatkan kesiapan dan kemampuan tim untuk menangani berbagai situasi yang mungkin terjadi selama perjalanan.

Komunikasi dan Koordinasi

Komunikasi yang efektif dengan peserta, pemandu, dan pihak terkait lainnya adalah kunci untuk mengelola risiko secara komprehensif. Tur operator harus memastikan adanya koordinasi yang baik, sehingga setiap pihak memahami peran dan tanggung jawabnya


Manajemen risiko dalam industri pariwisata menjadi sangat penting, terutama ketika terkait dengan event-event petualangan overland. Aktivitas petualangan overland, seperti touring dengan kendaraan offroad atau trail menyajikan berbagai tantangan dan risiko yang harus dikelola dengan baik.


Jika aspek-aspek tersebut sudah difahami oleh para penyelenggaran event (event oganizer) atau para stakeholder pariwisata,setidaknya akan mengurangi resiko-resiko kegiatan pariwisata dan kreatif yang yang dapat menggangu keseimbangan alam dan ekosistem didalamnya (*)





Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)