Menelusuri Jejak KF Holle di Garut Sang Pelopor Perkebunan Yang Lebih Nyunda dari Orang Sunda

klikdestinasi.com
0


KarelFrederic Hole (1829-196),Pelopor Perkebunan Teh di Garut
     

 KLIKDESTIASI.COM-Tahun 2023, Kabupaten Garut telah memasuki usia 210 tahun, ini artinya Garut memiliki riwayat perjalanan sejarah yang panjang sejak era Kolonial Belanda.

Jika ditelisik dari berbagai catatan  Garut memiliki nilai kekayaan sejarah yang mendunia mulai dari perkembangan perkebunan, pertaniana, pariwisata, seni,  kebudayaan dan sastra sejak tempo dulu.

Hal ini terbukti dari banyaknya tokoh seni, budaya dan sastra nasional yang lahir dan besar dari Garut.

Sebut saja Raden Haji Moehammad Moesa, Hasan Mustafa, RA.Lasminingrat, Daeng Soetigna, Achdiat Kartamiharja,  Suryana Fatah, H.Usep Romli  dan masih banyak lagi.

Disadari atau tidak, diterima atau tidak, perkembangan  Kabupaten Garut tidak terlepas dari campur tangan tokoh-tokoh era kolonial  Hindia Belanda.

Sejarah adalah catatan otentik masa lalu tanpa melihat siapa dan dari mana. Sejarah bukan bicara suka atau tidak, namun sejarah adalah bukti  catatan perjalanan yang tidak mungkin terhapus zaman.

Garut memang memiliki potensi alam yang luar biasa lengkap,dari mulai gunung,rimba,laut,pantai,seni dan budaya atau pada tatanan birokrat menyingkatnya dengan panggilan Gurilaps.

Itulah sebabnya ,kekayaan alam.Garut memicu tokoh-tokoh bangsawan era kolonialisme Hindia Belanda menjadikan Garut salah satu daerah yang diperhitungkan untuk dikembangkan .

Dimulai dengan pembukaan-pembukaan onderneming (perkebunan), pemerintah Hindia Belanda saat itu memberikan perhatian penuh untuk mengelola lahan-lahan subur, di Garut  wilayah selatan mulai Bayongbong,Cisurupan,Cikajang hingga Cisaruni.

Salah satu tokoh yang dikenal dalam catatan sejarah perkebunan di Garut masa lalu adalah Karel Frederik Holle  yang lahir di Amsterdam (1829-1896).

KF.Holle atau rekanhya lebih suka menyebutnya Holle, merupakan tokoh administratur dan juga penasehat  Hindia Belanda,yang kontribusinya besar dalam membangun lahan perkebunan di wilayah Garut selatan.

Alih-alih sebagai admisitratur pemerintah Hindia Belanda, Holle lebih memilih fokus mengurus perkebunan ,pertanian, bahkan pariwisata.

Holle ditunjuk oleh pemerintah Hindia Belanda untuk mengurus perkebunan teh Waspada di  Panembong,Bayongbong  Garut sekitar tahun 1857. Di sini Holle membangun rumah dan memboyong keluarganya.

Era ini komoditas hasil perkebunan menjadi bisnis yang ramai dan menggiurkan. Komoditas teh adalah komoditas andalan saat itu. 

Holle kemudian memindahkan perkebunan teh Panembong ke Cikajang, dan kini perkebunan ini menjadi perkebunan Cisaruni yang dikelola PTPN.VIII Cisaruni.

Perkembangan perkebunan di Garut selatan inilah  yang nantinya memicu pembangunan jalur kereta api Garut-Cikajang dengan dibangunnya stasiun Cikajang, sebagai stasiun tertinggi di Pulau Jawa.
 
Baca Juga:

Dalam perjalanan karirnya  Holle lebih banyak berinteraksi dengan pribumi sekitar perkebunan, sehingga lambat laun Holle dikenal sebagai orang Belanda yang lebih Sunda dari orang Sunda. Holle menjadi fasih dalam berbahasa Sunda  lebih dari orang Sunda.

"Hij spraak het Soendanees als een Soendanees,"demikian ungkapan warga Hindia Belanda terhadap rekannya itu.

Selain dari mengembangkan perkebunan, Holle juga mengajari warga sekitar cara bertani. Salah satu komoditas yang dikembangkan kala itu adalah kacang tanah,sehingga muncullah istilah kacang Holle pada saat itu.

Ada catatan penelusuran juga bahwa, Holle lah yang membawa  bibit domba hasil silang domba Morino dan Kapstaad kemudian dikawinkan dengan domba lokal Garut.Kelak dari persilangan ini lahir domba Garut yang dikenal saat ini.

Kefasihan Holle berbahasa Sunda menjadikan dia mudah berkomukasi dan bergaul dengan para petani sehingga mudah untuk mengajari mereka cara-cara bertani.
Karena itu Holle dijuluki oleh sebagai 'Mitra Noe Tani' atau Teman Para Petani.

Kedekatan Holle dengan petani lambat laun membuat Holle tertarik mempelajari seni,budaya dan Sastra Sunda.

Dia kemudian berteman baik dengan seorang hoofd-penghulu penghulu besar di Limbangan yang bernama Raden Haji Moehammad Moesa, tokoh sastrawan terkenal yang sangat berjasa dalam perkembangan Sastra Sunda.
Holle dan Moesa kemudian terlibat dalam proyek kerjasama penulisan berbagai naskah sastra Sunda dan menerjemahkan naskah kuno dari Situs Ciburuy.

Hasil karya-karya ilmiah Holle dan Raden Moehammad Moesa hingga kini masih menjadi rujukan para peneliti bahasa dan satra Sunda.

Pengaruh jasa Holle  di Garut tidak sampai situ saja. Bersama istri-istri para petani dan para pegawai perkebunan, Holle memprakarsai seni batik Garutan yang coraknya diinspirasi dari suasana pertanian,perkebunan dan keindahan alam Garut. 

Motif batik Garutan seperti motif lereng kangkung ,merak ngibing,motif bulu hayam adalah ciri motif batik Garutan yang terinspirasi oleh kondisi alam tersebut.

Atas jasa-jasanya itu pemerintah Hindi Belanda membuat tugu obelisk di sekitar alun-alun Garut sekitar abad awal ke-19.
Bersamaan itu juga dibuat jalan Hollenstraat yang kini menjadi jalan Mandalagiri,Garut.


  Tugu Obelisk Holle di Alun-alun Garut (1899)

Namun pada masa pendudukan Jepang, tugu obelisk Holle itu dihancurkan oleh Jepang. Jalan Hollenstraat diubah menjadi nama jalan Mandalagiri, sekitar pengkolan kini.

Pada sekitar tahun 2001 beberapa keturunan KF Holle dari Belanda berkunjung ke Garut dan meminta agar tugu Holle itu dibangun kembali di sekitar alun-alun,namun permintaan itu ditolak pemerintah saat itu.

Akhirnya untuk menghargai jasa-jasanya dibuatkan replika tugu Holle di area Perkebunan  PTPN VIII Cisaruni,Cikajang Garut.(*)
















Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)