Menurut berbagai penelusuran tradisi pawai obor telah ada sejak era kolonial Belanda dengan titimangsa terjadinya Geger Cilegon tahun1888.
Saat itu pasukan yang dipimpin KH Wasid di Cilegon yang terdiri dari ulama,santri dan petani dengan membawa obor melalukan protes atas tindakan kesewenang-wenangan Belanda yang melarang berbagai ritual ibadah muslim seperti tahrim dan adzan.
Kini, makna itu bergeser, bukan hanya dimaknai dari sisi sejarah di atas. Tradisi pawai obor merupakan bentuk simbol semangat contoh hijrahnya rasulullah dari Mekah ke Madinah .
Nilai-nilai agama adalah seperangkat tata nilai kebenaran yang datangya dari 'langit' melalui lisan para nabi dan rasul. Sedangkan tradisi adalah seperangkat pranata sosial masyarakat di bumi dalam wilayah tertentu.
Dalam perjalanannya nilai-nilai agama dan tradisi tadi menyatu saling menguatkan sarat simbol dan siloka. Selama tidak mengandung sinkretisme yang bertentangan dengan keyakinan dasar muslim, ini akan memperkaya khazanah kearifan lokal.
Api yang menyala dalam obor ada filosofi kehidupan yang lebih terang dan perubahan ke arah lebih baik terutama pada nilai-nilai ibadah kepada Allah.
Tentu saja, tradisi ini jangan terbatas pada ritual tahunan saja akan tetapi benar-benar dapat diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan beragama untuk menjadi manusia yang lebih baik.(*)