Dasep Badrussalam (kiri),Founder Nyaneut Festival (photo:dok) |
KLIKDESTINASI.COM-Di tengah gemerlap festival dan acara modern, terkadang kita perlu mengingat dan menghidupkan kembali tradisi-tradisi lama yang sarat makna. Salah satunya adalah tradisi minum teh ala Sunda Buhun yang kini dihidupkan kembali melalui Nyaneut Festival, sebuah event yang menggetarkan jiwa dan merajut kembali ikatan kearifan lokal.
Nyaneut, sebuah kata yang lembut namun penuh makna dalam budaya Sunda, menjadi pusaka yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Adalah Dasep Badrussalam,seorang petani milenial dan pegiat budaya asal Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut,yang kembali mengangkat tradisi Nyaneut dalam suatu event elegant yang digelar tiap tahun bertajuk Festival Nyaneut.
Menurut Dasep Nyaneut Festival menjadi wadah untuk merekatkan dan mempertemukan masyarakat dalam suatu forum yang penuh kehangatan sekaligus mentrasnformasi warisan budaya tempo dulu kepada generasi saat ini.
Konon, tradisi Nyaneut sudah ada sejak
abad ke-15, saat era dakwah Sunan Gunung Jati di tanah Sunda. Dengan cara
sederhana namun penuh kearifan, orang-orang dikumpulkan untuk diberi wejangan sambal
menikmati secangkir teh yang disandingkan dengan kudapan tradisional, seperti
umbi-umbian yang dikukus atau "diseupan".
Sebagai atraksi wisata lokal yang mengkombinasikan adat
minum teh dengan seni dan budaya tradisional Sunda, Festival Nyaneut berhasil
menarik minat banyak wisatawan. Mereka dapat merasakan kehangatan pergaulan dan
kekayaan budaya yang dihidupkan kembali melalui setiap tegukan teh dan gigitan
kudapan tradisional.
“Dalam tradisi minum teh Nyaneut,sarat dengan filosofi dalam setaiap gerakan minum teh Nyaneut. Ada tiga cara melakukan gerakan minum teh ala Nyaneut, diantaranya.
Pertama, cangkir teh diputar sebanyak 2 kali yang memiliki makna bahwa dunia tidak akan lepas dari dua perkara, contohnya ada siang ada malam,baik dan buruk,laki-laki dan perempuan.
Kedua, Teh dihirup sebanyak 3 kali bermakna bahwa segala niat,ucapan dan perbuatan harus merujuk kepada nilai-nilai kebaikan dan harus dijauhkan dari keburukan.
Ketiga,
teh diseruput 4 kali bermakna bahwa
terdapat empat elemen yang senantiasa mengiringi manusia dari hidup
sampai mati,yaitu elemen tanah,air,api dan udara yang harus kita gunakan dalam
setiap bentuk kebaikan, “ papar pria yang sangat peduli dengan nilai-nilai
kearifan lokal Jawa Barat.
Lebih lanjut Dasep menyatakan jika saat ini Nyaneut bukan lagi menjadi kebiasaan sehari-hari masyarakat, namun telah menjadi nilai kearifan lokal yang harus tetap dijaga sebagai kekayaan budaya.
“Jika sampai budaya hilang, maka akan hilang identitas bangsa itu sendiri, “ ungkap owner Wisata Petik Jeruk Eptilu ini.
Lebih lanjut Dasep menuturkan jika tujuan utama dari Nyaneut adalah untuk menjaga dan merawat kearifan lokal yang telah lama tertanam, khususnya di wilayah Kecamatan Cigedug, Garut.
Festival Nyaneut tidak hanya menjadi wahana untuk merayakan
kebersamaan, tetapi juga menghidupkan sektor ekonomi masyarakat sekitar,
terutama di bidang pertanian ,perkebunan dan atraksi wisata.
Dengan mengikatkan makna, budaya, dan keberkahan secara harmonis, Nyaneut Festival menjadi bentuk nyata bagaimana warisan leluhur dapat terus hidup dan memberikan inspirasi yang menyentuh bagi generasi masa kini.
Semoga Nyaneut terus membawa berkah dan kehangatan di tengah hiruk pikuk
kehidupan modern yang semakin kompleks(*)